Cerita Sex terjebak hutang budi dengan atasan part 2

Hmm, jadi apa yang bisa saya buktikan kepada anda supaya percaya kalau dia benar-benar istri saya?” ucap Jamal yang tiba-tiba langsung memeluk dan mencium pipi Arum.

Arum sempat terkejut tapi dia tahu Jamal melakukan itu untuk meyelamatkan situasi, karena itulah dia balas memeluk Jamal.

“Oh maaf kalau begitu. Saya hanya mengagumi istri anda. Istri anda benar-benar mempesona. Ya sudah kalau begitu, saya permisi dulu. Dan saya minta maaf kalau sudah bikin anda tidak nyaman nyonya.”

Pria itu segera pergi setelah mendapat jawaban dari Arum berupa senyuman. Tanpa menunggu lama Jamal yang masih memeluk tubuh Arum mengajaknya pergi. Setelah agak jauh, dia melepaskan pelukan itu dan minta maaf pada Arum.

“Rum, maaf banget ya kalau aku udah lancang. Aku sama sekali nggak ada maksud apa-apa, hanya saja itu satu-satunya cara biar lelaki itu percaya dan segera pergi.”

“Iya pak, nggak papa, saya maklum kok.”

“Dia itu Bonar, pemimpin salah satu dinas pemerintahan di kota ini. Dia sudah terkenal playboy, suka main cewek. Di acara kayak gini, selain dengan pasangan yang dia bawa, dia udah sering nyari wanita lain buat dia tiduri.”

“Jadi, pak Jamal kenal sama dia?”

“Kenal sih nggak, cuma tahu aja. Reputasi buruknya itu udah banyak yang tahu. Karena itulah aku harus bertindak kayak gitu tadi, jadi, aku minta maaf ya?”

“Oh iya pak. Harusnya saya yang berterima kasih sama bapak.”

Meskipun sebenarnya ada rasa tidak terima, karena Jamal adalah lelaki pertama yang mencium Arum selain aku, tapi mempertimbangkan kondisinya tadi, dia bisa menerimanya, bisa memakluminya. Hal itu memang sepertinya dilakukan untuk menghindarkan bahaya yang lebih jauh untuk Arum.

Tapi karena mereka masih berada di hotel itu sampai keesokan harinya, mau tak mau jika keluar kamar, Arum harus mau bersikap lebih mesra dengan Jamal. Mereka makan siang di restoran hotel, dan kebetulan sekali meja makan yang mereka tempati berdekatan dengan pria yang tadi mendekati Arum. Pria itu duduk dengan seorang wanita cantik, tapi terus-terusan melirik ke arah Arum, membuat Arum merasa tak nyaman. Tapi genggaman tangan dari Jamal bisa sedikit menenangkannya.

Saat itu, sekali lagi Jamal berbisik kepada Arum. Dia meminta maaf tapi mereka harus berakting layaknya suami istri. Arum bingung harus bersikap seperti apa, karena selama ini dia hanya pernah berhubungan denganku. Sebelumnya, Arum tak pernah berpacaran. Melihat kebingungan Arum, Jamal terus menggenggap tangan Arum, dan lama kelamaan itu membuatnya nyaman.

Yang membuat Arum risih sebenarnya bukan genggaman tangan Jamal, tapi lelaki yang tadi menggodanya, tak pergi juga dari tempatnya, padahal sang wanita yang duduk bersamanya sudah berulang kali mengajaknya pergi. Akhirnya justru Jamal yang berinisiatif mengajak Arum pergi. Lega sudah rasanya, terbebas dari tatapan liar lelaki itu, meskipun Arum kembali harus merelakan tubuhnya dipeluk oleh Jamal.

Setelah makan siang itu Arum dan Jamal kembali ke kamar mereka masing-masing. Tak banyak yang dilakukan oleh Arum. Dia sempat beberapa kali berkirim pesan denganku, tapi karena aku sedang kerja jadi tak bisa langsung membalasnya. Meskipun hari sabtu, dan meskipun aku kerja di swasta, tapi aku tetap masuk seperti biasa.

Hingga sejam lebih Arum berdiam diri di kamar sampai akhirnya ada WA masuk dari Jamal.

“Arum, kamu lagi sibuk nggak?”

“Nggak pak, ada apa?”

“Kamu bosen nggak sih? Aku bosen banget nih. Gimana kalau kita keluar, sekalian cari oleh-oleh?”

Arum sempat berpikir sejenak. Dia memang belum berpikir untuk mencari oleh-oleh, karena juga keluar kota memang dia jarang sekali pulang membawa oleh-oleh. Tapi karena dia juga merasa bosan di kamar, akhirnya dia menyetujui usul dari Jamal.

“Boleh pak, kebetulan saya juga lagi bosen.”

“Ya udah, 10 menit lagi ya.”

Tanpa menjawab Arum merapikan dirinya. 10 menit kemudian dia sudah berjalan ke lift dengan Jamal. Dan sialnya lagi, di lift mereka bertemu dengan lelaki yang dari tadi pagi menggoda Arum. Lagi-lagi Arum harus berakting layaknya istri dari Jamal. Jamalpun tanggap, dan langsung merangkul Arum. Sampai di bawah mereka cepat-cepat keluar hotel dan menuju ke parkiran.

Sekitar 2 jam mereka berkeliling mencari oleh-oleh. Sebenarnya tak banyak yang dibeli, mereka menghabiskan waktu agar tak buru-buru kembali ke hotel dan menghadapi rasa bosan lagi disana. Saat jalan-jalan itu, entah sadar atau tidak tangan Arum tak lepas dari genggaman Jamal. Tapi hanya sebatas itu, tidak lebih. Saat itu Arum berpikir kalau Jamal mungkin ingin menjaganya, karena kondisi di tempat mereka jalan-jalan yang cukup ramai.

Dalam perjalanan pulang mereka banyak bercanda. Suasana diantara keduanya sudah lebih cair dari biasanya. Arum juga sudah mulai bisa menanggapi candaan Jamal, yang sebelumnya selalu dia tahan-tahan. Sampai di hotel, mereka kembali ke kamar masing-masing. Sebelumnya Jamal sempat bertanya apakah Arum ikut acara makan malam atau tidak.

“Rum, nanti kan ada gala dinner, kamu mau ikut nggak?”

“Hmm, nggak tahu pak. Pak Jamal ikut nggak? Kalau pak Jamal ikut kan berarti saya harus ikut.”

“Aku sih dapet undangan. Tapi kalau kamu capek ya istirahat aja nggap papa.”

“Hmm, kalau gitu saya ikut aja deh pak.”

“Ya udah kalau gitu, dandan yang cantik ya.”

“Hehe, siap boss.”

Jam 7 malam Arum sudah bersiap. Seperti pesan Jamal tadi, malam ini dia berdandan cukup cantik. Belum pernah sebelumnya dia berdandan secantik itu untuk urusan dengan orang kantornya, termasuk Jamal. Biasanya dia berdandan seperti itu jika pergi denganku. Arum kemudian keluar kamar, dimana Jamal sudah menunggunya.

“Wow, kamu bener-bener beda malem ini, cantik banget,” puji Jamal.

“Makasih pak,” jawab Arum tersipu.

“Ya udah yuk?”

Jamal menggerakkan tangannya, tanda meminta Arum untuk merangkulnya. Arumpun tanpa sungkan lagi melakukannya, jadilah mereka berjalan bergandengan. Acara makan malam itu tidak terlalu ramai, karena tidak semua peserta seminar mendapat undangan. Hanya orang-orang tertentu, yang menurut Arum mereka adalah para senior. Bahkan Jamal terlihat paling muda diantara mereka.

Semua mata tampak tertuju pada pasangan Jamal dan Arum. Para lelaki tampak mengagumi kencantikan Arum malam ini, dan itu membuatnya senang. Terlebih Jamal, dia terlihat merasa bangga dengan kondisi itu.

Makan malam itu berlangsung singkat. Sebenarnya, setelah acara makan malam masih ada lagi acara hiburan, tapi Jamal kemudian mengajak Arum untuk kembali ke kamar saja.

“Rum, masih mau disini apa balik ke kamar?”

“Pak Jamal gimana?”

“Aku bosen disini, balik aja yuk?”

“Ya udah pak, saya juga, hehe.”

Akhirnya mereka berdua kembali ke kamar. Tapi Jamal mengajak Arum untuk masuk ke kamarnya. Awalnya Arum sempat ragu, tapi Jamal bilang dia hanya ingin ada teman ngobrol saja, karena belum mengantuk, Arumpun akhirnya mau.

Di dalam kamar, Jamal menyalakan TV dan terlihat mengeluarkan sebuah botol dari dalam kulkas. Dia menyiapkan 2 buah gelas, lalu menuangkan isi botol itu ke masing-masing gelas, lalu memberikan salah satunya kepada Arum.

“Ini apa pak?”

“Itu cuma wine, tenang aja nggak ada alkoholnya kok, aman,” jawab Jamal sambil tersenyum.

Arum termasuk wanita yang lugu, dan dia percaya saja dengan ucapan Jamal. Dia sama sekali tak mengerti minuman-minuman seperti itu. Dia hanya pernah mendengar kalau minuman keras itu rasanya pahit, saat dia mencicipi minuman itu ternyata rasanya enak, dan diapun menegaknya. Mereka kemudian terlibat obrolan santai, sampai tanpa disadar Arum dia sudah beberapa kali mengisi gelasnya. Dan kini, dia mulai merasakan kepalanya pusing, dan tubuhnya agak menghangat. Dia juga merasa kalau badannya mulai lemas, bahkan tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas yang dipegangnya.

“Loh kamu kenapa Rum?”

“Hmm nggak tahu pak, rasanya pusing, dan badan saya lemas.”

“Waduh, kayaknya kamu kebanyakan minum ini deh. Mau balik ke kamar aja?”

“Iya pak, tapi saya lemes banget.”

“Ya udah, ayo aku bantu.”

Jamal kemudian menghampiri Arum. Dia bantu Arum untuk berdiri, tapi karena tubuh Arum yang lemas, dia malah jatuh ke pelukan Jamal. Arum yang merasa pusing hanya menutup matanya. Dia hanya merasa kalau tubuhnya diangkat oleh Jamal, lalu direbahkan di ranjang. Dia tak tahu itu ranjang di kamarnya, atau masih di kamar Jamal. Dia masih menutup matanya karena masih pusing.

Arum kemudian merasakan kalau sepatu hak tinggi yang dipakainya mulai lepas satu persatu dari kakinya. Setelah itu dia merasa ranjangnya bergoyang. Saat membuka mata, ternyata Jamal sudah berada di sampingnya.

“Kamu masih pusing?”

Arum hanya mengangguk dengan tatapan sayu. Jamal hanya tersenyum.

“Ya udah, tutup lagi aja mata kamu, aku bantu biar pusingnya hilang.”

Arum tak mengerti apa maksud Jamal, tapi dia menuruti saja kata-kata lelaki itu. Saat Arum menutup matanya, dia merasakan keningnya dipijat oleh Jamal dengan lembut. Pijatan itu mulai membuatnya rileks, sehingga dia diam saja dan tetap terpejam.

Pijatan Jamal kemudian turun ke tengkuk Arum. Karena posisinya agak susah, Jamal mengarahkan kepala Arum agar menengok ke samping, sehingga dia bisa memijat tengkuknya. Tengkuk Arum adalah salah satu titik sensitifnya. Dia suka tidak tahan kalau disentuh di bagian itu, tapi saat ini dia justru merasakan nyaman dari sentuhan Jamal itu.

“Hhmmm…”

Arum bergumam tak jelas saat Jamal terus memijat tengkuknya. Perlahan-lahan Arum merasa semakin nyaman, dan tak tahu lagi apa yang sedang dilakukan oleh Jamal. Sampai akhirnya Arum terkejur dan membuka matanya. Dia terbelalak karena tangan Jamal yang tadi memijat tengkuknya kini sudah berada di payudaranya, sedang meremasnya.

“Bapak ngapain? Jangan paaak..”

“Udah kamu rileks aja sayang, ini biar pusingmu hilang.”

Arum berusaha berkelit. Dia berusaha menggerakkan tangannya untuk menepis tangan Jamal, tapi tangannya sangat lemas, tak bertenaga, jadi hanya terkesan Arum memegang tangan Jamal tanpa berusaha menyingkirkannya. sexy

“Udah Arum sayang, kamu jangan nolak ya. Inget lho, kalau bukan karena aku, kamu udah diperkosa para begal itu tempo hari. Anggep aja ini balas budimu kepadaku.”

“Paak jangan gini, saya udah punya suami.”

“Iya aku tahu, dan karena itu aku makin penasaran sama kamu, sama tubuh kamu.”

“Paaak jangaahhmmmpp…”

Tak sampai menyelesaikan ucapannya, bibir Arum langsung dilumat oleh Jamal. Lelaki itu menciumi bibir istriku dengan sangat bernafsu. Hilang sudah sosok Jamal yang simpatik dan membuat Arum menaruh rasa hormat, berganti dengan Jamal yang bagaikan binatang buas yang siap menerkam mangsanya yang sudah tak berdaya.

Mendapati kondisinya yang lemah dan tak bisa melawan itu membuat Arum menangis. Air matanya turun tak tertahan. Dia berusaha mengatupkan bibirnya namun terlambat, lidah Jamal sudah masuk menjelajah isi mulut istriku. Cukup lama Jamal mengecup madu kenikmatan dari bibir istriku, kemudian melepaskannya. Tawanya terlihat sangat memuakkan bagi Arum saat ini.

“Sudahlah, kamu pasrah saja sayang. Kalau kamu nggak mau nurut, aku bakal kasih tubuh kamu ke begal-begal suruhanku tempo hari itu.”

Betapa terkejutnya Arum mendengar ucapan Jamal. Rupanya para begal itu adalah suruhannya. Itu berarti semua ini sudah direncanakan dengan matang oleh Jamal. Pantas saja waktu itu para begal itu dengan mudah dia kalahkan. Bahkan saat kabur, tak satupun barang berharga milik Arum yang dibawa. Kini Arum menyesali dirinya sendiri, yang dengan polosnya masuk ke perangkap Jamal.

Jamal kemudian berdiri dan melepaskan pakaiannya satu persatu. Kesempatan ini ingin digunakan Arum untuk kabur. Tapi sekali lagi, badannya sudah terlalu lemas, tak mampu bergerak. Dia akhirnya hanya bisa menatap tubuh Jamal yang sudah telanjang bulat dengan sangat ketakutan. Dia bisa melihat penis Jamal yang belum sepenuhnya ereksi, tapi besarnya sudah sama seperti punyaku yang sudah tegang maksimal.

Tidak heran memang, karena selain fisik Jamal yang lebih tinggi dan besar daripada aku, dia juga masih memiliki darah keturuan India dari keluarga ayahnya, pantas barang pusakanya pun lebih besar dan panjang daripada punyaku.

Jamal kemudian bergerak lagi menindih Arum. Dia kemudian langsung mencumbui Arum. Arum hendak menolak, hendak melawan, tapi sama sekali tak bisa. Hanya air matanya yang terus turun sampai membasahi jilbabnya.

Dalam cumbuannya itu, Jamal juga mulai melolosi pakaian Arum satu persatu. Gaun panjang Arum dia buang begitu saja, begitu juga dengan bh dan celana dalamnya. kini Arum hanya tinggal memakai jilbab yang sengaja tak dilepas oleh Jamal. Jamal sesaat memandangi tubuh istriku yang indah. Tubuh Arum langsing, perutnya masih rata. Buah dada 34B nya masih sangat kencang. Pinggulnya melebar sempurna, dengan bokong yang sangat montok. Rambut kemaluannya selalu dicukur habis sehingga terlihat sangat mulus. Ditambah kulitnya yang putih bersih tanpa cacat, membuat nafsu Jamal membuncah tak karuan.

Tanpa menunggu lebih lama, Jamal langsung menyerang tubuh istriku yang lemah tak berdaya. Tak seinchipun jengkal tubuh Arum yang terlewat dari jelajahan lidahnya. Arum merasa bergidik dengan kelakuan Jamal. Dia berkali-kali memohon agar Jamal menghentikan perbuatannya itu. Tapi siapa yang mau mendengar, saat tubuh sempurna seorang bidadari tergolek tanpa penutup di depannya.

“Aaaaah paaak jangaaaann…”

Arum merintih pelan saat kedua kakinya dibuka lebar oleh Jamal. Tak menunggu lama Jamal dengan lidahnya langsung menjilati bibir kemaluan Arum, sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya organ kewanitaan Arum mendapatkan jilatan seorang lelaki, dan itu bukan dari aku, suaminya.sexy

Arum merasakan sangat geli, tapi juga sangat terhina. Dia makin menangis, mendapati tubuh yang selama ini dia jaga hanya untukku, dengan bebas dijamah oleh orang lain, tanpa sedikitpun dia bisa melawan. Jilatan Jamal terasa luar biasa bagi Arum, tapi dia mencoba untuk menolak rasa itu. Dia masih mengingat statusnya sebagai istriku, dan mengingat kondisi ini adalah tak ubahnya sebuah perkosaan.

Tapi Arum hanya perempuan biasa yang memiliki batasnya. Akhirnya permainan lidah Jamal yang sudah sangat berpengalaman itu mampu menjebol pertahanan Arum. Tanpa bisa ditahan lagi, gelombang orgasme Arum datang begitu saja, dan Jamal dengan rakus menjilati cairan dari vagina Arum itu.

Sudah begitu, Jamal tak langsung menghentikan perbuatannya. Dia masih mengulanginya, sampai akhirnya Arum mendapatkan orgasmenya yang kedua, yang membuat nafasnya begitu terengah. Dia bahkan sampai menutup matanya, antara menikmati rasa nikmat itu, dan rasa penyesalan karena tak bisa mengontrol dirinya, hingga dibuat orgasme oleh pria lain.

Arum kembali membuka mata saat dia rasakan tubuh Jamal mulai bergerak. Dia mulai semakin merasa ketakutan saat tubuh lelaki itu mulai disejajarkan dengan pinggangnya. Jamal mulai menggesek-gesekkan ujung penisnya yang besar itu di bibir vagina Arum yang sudah cukup basah. Arum semakin menangis dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *